Skip to main content

Posts

Perempuan dengan Mata Musim Hujan

Matanya bukan sekadar sumur— melainkan musim hujan. Gumpalan badai di batas pelupuk, sedikit hentakan, bisa meruntuhkan seluruhnya. Hatinya seperti kelopak terbuka, rentan gemetar sekalipun angin meniupnya pelan, memikul suara yang tak sempat lahir, dan menggigil pada rasa getir. tapi— di tengah ketidakberdayaannya, saat cahaya hanya tinggal sisa bayang, ada mereka yang bertahan, menegaskan bahwa dalam cekat, ia tak pernah benar-benar sendiri. untuk mereka— sauh di lautan gelisahnya, mata-mata yang melihat bukan hanya badainya, membuktikan ia tidak terabaikan, —ia ditemani. dan yang terpenting— terima kasih, karena menerima segala rumit, mendekap sisi-sisi yang tajam, meski yang terbentang kusut dan jauh dari sempurna. semoga, sebagaimana perempuan itu diterima, kamu pun—juga.
Recent posts

Safe Harbor

I was a mosaic of broken pieces, a melody written in minor keys. I thought my heart spoke only in loss, until you learned to speak it. You didn’t just bring me light; you became the calm where my own could rise again. You carried my scars not as flaws, but as maps of where I’d been— living proof that I survived. With every quiet patience, you helped me turn the past into the prologue of our future. Thank you for being my safe harbor, my soft landing, my greatest gift. You didn’t just love me— you taught me to return to myself, and to love what I found there. -- by Fitri Wulandari

Memasak Bukan Soal Memasak

Memasak bukan sekadar aktivitas fisik atau kata kerja. Memasak adalah persoalan tentang bagaimana kita mengelola emosi, waktu, dan bahkan menjalankan mekanisme bertahan hidup. Tentang bagaimana kita menentukan prioritas—bahan masakan mana yang paling cepat busuk dan mana yang lebih tahan lama. Juga tentang bagaimana perasaan kita saat melakukannya: merasa senang, atau justru terbebani. --- Enam bulan sudah aku tinggal di kota rantau. Hal yang gak pernah ku bayangkan sebelumnya, atau bahkan Keputusanku saat itu dibuat secepat mungkin. Banyak hal yang berubah dan berdampak dari perpindahanku disini. Yang terbesar adalah bagaimana aku memulihkan perasaanku atas banyak hal yang terjadi di beberapa waktu lalu. Kata orang, kalau perasaan dan jiwa kita terlalu sesak di tempat itu, pindah kotanya. Mungkin benar, tapi tidak mewakili seluruhnya. Karena pindah kota bukan satu-satunya hal yang harus dilakukan, sejauh apapun, seasing apapun, perasaan itu akan terus membersamai diri kita diman...

Dari Timur

Untuk perempuan bernama Tabita Pulanglah bukan sekadar pulang Perjalanan pulangmu kembali ke kota asal, tolong jangan asal-asalan Bawa semua pelajaran tentang kejujuran, perjuangan, dan juga penerimaan Selamat menjadi dewasa, semoga seiring semuanya dilimpahi kebajikan, disambut alam raya, diperkenankan laut semesta tak peduli harus deras, rintik, reda, lalu deras lagi Semoga sukar yang mengakar dan tak diumbar itu, mengurai satu per satu melepas dari diri diterima kasihkan, didengarkan, didoakan Kembali-lah pulang, Pulang ke timur, Sebagaimana kamu dilahirkan dan dihibur Kembali-lah pulang, Sebagaimana namamu di eja, Tabita, jadilah tangguh, bijak dan penuh cerita

Pria dengan Mata Binar Itu

Biarkan sejenak, Ingin kupandangi sekali-lagi Lebih lama, lebih dalam, lebih khidmat   Dalam ketidakdewasaanku, Aku ingin mengeja namamu berkali - kali dalam segala bentuk bahasa, Membekukan setiap mili waktu, Bersyair dan memuji   Aku telah menebar - melebur Berbaur bersama sonar dan binar mata itu   Yang jika ditanya, apa mauku? Kumau tinggal di titik detik pertama aku melihatmu   Kumau berterus-terang, terbuka, dan disaksikan para bintang dan sekutunya   Bahwa aku ingin mendambamu, dengan sebaik-baiknya mendamba     - Surabaya, 2024  

Monolog Kana #1

  “Selama ini sebenarnya kamu hanya merekayasa dan menjadikan oranglain sebagai pelengkap ceritamu kan? Kamu selalu menginginkan dipuja dan didamba banyak orang." “Aku rasa kamu benar. Aku ingin selalu dicintai banyak orang, dikhususkan, dbuat merasa spesial dan paling istimewa. Paling beda. Paling berkesan dan paling lainnya.” “Tapi dunia ini bukan hanya tentang kamu. Mereka punya pikiran, perasaan, dan kehidupannya masing-masing. Mereka juga kesulitan untuk menghadapi dirinya sendiri. Bahkan, mereka punya cara berduka dan menangis nya sendiri” “Cara menangisnya sendiri?” “Iya, ada yang dengan banyak tidur, kurang nafsu makan, terlalu banyak bicara bahkan pikun dengan hal-hal remeh.” “Aku berjalan terlalu jauh ya selama ini?” “Bukan cuma itu. Kamu menutup mata terlalu lama. Dongeng yang kamu buat itu nggak pernah ada dan hanya menyenangkan sesaat. ” “Aku harus mulai lagi darimana?” “Bukannya kamu yang paling tau jawabannya?” “Aku bahkan gak tau, saat ini aku sedang menghakimi ata...

Dialog Pinggir Laut

Aku mulai terbiasa dengan ombak Aku mulai menyukai dasar laut Semuanya tampak tenang, dalam, dan hikmat Ketidakberadaan atas keberadaan siapa-siapa,  justru merefleksikan keberadaan itu sendiri. Kesunyian yang berdendang di dekat daun telinga, justru mempertanyakan keramaian itu sendiri. Aku selalu takut tenggelam, padahal tenggelam selalu ramah, memeluk setiap kepingan jiwa yang marah dan lelah sekaligus. Didepan laut, aku melihat diriku yang baru saja, memaki dan memaafkan sekaligus. Membersihkan sisa-sisa kalimat setelah semalaman tertahan pada pangkal tenggorok. "Memangnya hidup seperti apa yang kamu dambakan?", begitulah laut dengan gamblang memulai pertanyaan dan jawabannya sekaligus. Bekasi, 13 November 2023