Biarkan nona asik
dengan pintu dan coretannya yang acak
Nona redam dan
terang dalam tanda baca yang tamak
Sebentar-sebentar
mencela,
Kadangpula pujian-pujian
tumpah,
Mata yang
semakin mengabur
Mimpi-mimpi
yang diimpikan terkubur
Pada akhirnya tekad
memilih mundur
Yang dipinta
nona ada justru tiada
Yang diharap
nona datang justru berpulang
Nona kembali
mengumpat, berdekap
Merapat dengan
kata tidak sempat
Bergeming tanpa
cakap
Pada pagi pukul
empat.
Ternyata sendiri ga selamanya menyenangkan. Ternyata sendiri jauh dari ekspetasi. Ternyata sendiri bukan berarti bebas. Apalagi sambil mengingat kawan lama, ternyata semua ga sesuai. Doa itu terkabul sambil terseret penyesalan. Pernah terucap tak menginginkan kawan dekat itu sesalnya. Alasannya ingin sendiri ya karena tidak ingin kecewa lagi dan terulang bagian lalu.”Teman dekatmu adalah peluang besar menjatuhkan mu” alasan lain. Satu hal, kenyataan yang kita harapkan ga akan pernah ada sampai kapanpun. Kata kuncinya, nikmatin. Ya gue harus nikmatin jalan yang udah semestinya gue lewatin. Mungkin gue terlalu fokus dengan ekspetasi mengejar kesenangan diri sendiri. Sampe gue lupa, yang ada disekitar gue ternyata lebih berharga dari apapun. Momen sendiri membuat gue belajar dan sadar akan banyak hal. Ketika gue memasuki lingkungan baru dimana posisi gue teramat asing, hal itu terasa. Ya gue sendirian. Tanpa partner. Bingung. Sekelibat kalimat “gue butuh lo disini, te...
Comments
Post a Comment