Ada lelah yang tak tertahan
Ada jeda yang harus tertunda
Sesak dikejar kewajiban
Cemas bercanda dengan kehidupan
Kata orang, bekerja keraslah untuk mencapai sesuatu.
Tetapi keasyikan bekerja dipoles kata keras dibelakangnya justru melupakan-melewatkan-mengaburkan
hal-hal yang paling esensial dalam hidup. Terus memaksa diri sampai lupa
sebetulnya apa yang sedang dicari.
Berjalan tanpa
alasan. Bersuara dalam kebisingan. Bergerak penuh ke-si-a-si-a-an.
-
Pukul dua aku masih
terjaga. Ide yang kunanti untuk mampir sejenak dikepalaku absen kembali malam
ini. Entah bahasan kali ini kurang menarik atau memang waktu yang belum siap.
Dee Lestari pernah bilang bahwa ide adalah gift. Jika benar, apa hadiah
itu tak datang karena aku membuat sebuah kesalahan? –bisa jadi, tapi ada faktor
lain. Atau aku yang memaknai gift terlalu sempit? Pemaknaan gift memang
selalu jebakan untuk beberapa orang. Gift
= Pemberian. Pemberian seringkali diberikan karena ‘sebab’. Semakin dalam
aku mencari jawaban, semakin bodoh dibuatnya. Sebab? Sebab kuat apa yang harus
kumiliki sehingga ‘pantas’ untuk menerima sebuah pemberian bernama ide?
Menit bertambah, semakin kerdil termakan pertanyaan yang
dipertanyakan diri sendiri. Kesadaran bahwa aku melewatkan beberapa hal
semakin nampak. Pembenaran betapa bodohnya diri ini juga semakin jelas. Aku
lupa, aku lupa untuk lebih hidup. Selama ini aku hanya berlari dalam lingkaran
ambisiku sendiri. Tentunya kebebalanku ini berkorelasi dengan sebab yang
seharusnya kumiliki sehingga ide enggan untuk mengadar -barang sejenak.
Ternyata sendiri ga selamanya menyenangkan. Ternyata sendiri jauh dari ekspetasi. Ternyata sendiri bukan berarti bebas. Apalagi sambil mengingat kawan lama, ternyata semua ga sesuai. Doa itu terkabul sambil terseret penyesalan. Pernah terucap tak menginginkan kawan dekat itu sesalnya. Alasannya ingin sendiri ya karena tidak ingin kecewa lagi dan terulang bagian lalu.”Teman dekatmu adalah peluang besar menjatuhkan mu” alasan lain. Satu hal, kenyataan yang kita harapkan ga akan pernah ada sampai kapanpun. Kata kuncinya, nikmatin. Ya gue harus nikmatin jalan yang udah semestinya gue lewatin. Mungkin gue terlalu fokus dengan ekspetasi mengejar kesenangan diri sendiri. Sampe gue lupa, yang ada disekitar gue ternyata lebih berharga dari apapun. Momen sendiri membuat gue belajar dan sadar akan banyak hal. Ketika gue memasuki lingkungan baru dimana posisi gue teramat asing, hal itu terasa. Ya gue sendirian. Tanpa partner. Bingung. Sekelibat kalimat “gue butuh lo disini, te...
Bagaimana menurut lu jika esensi hidup kita menuntut kita bekerja keras agar dampaknya memperbaiki esensi hidup orang lainnya lebih cepat dirasakan dengan melupakan-melewatkan-mengaburkan esensi diri, tidak mengapa? :))
ReplyDeleteGood question btw. That's life, selalu banyak pilihan dan kadang-kadang pilihan tak selalu harus berlandas kepuasan diri sendiri. You know the answer, bro
Deletehmmmm :)
Delete