Aku
tenang dalam malam tapi aku juga kehilangan arah dalam sepi.
Mereka
begitu hangat, tapi mengapa hanya aku yang begitu tersiksa?
Oh benar,
baru kali ini aku hidup
Baru
kali ini aku melihat manusia-manusia itu begitu membenci
Parahnya,
mereka dengan tepat menancapkan busur tajam tepat pada titik kepercayaanku
Lantas
siapa yang harus aku percaya sekarang?
Oh..Tuhan!
Aku benar-benar hidup sekarang!
Selama
ini aku hanya hidup dalam kungkungan fantasi dan diksi palsu
Selama
ini aku hanya hidup dalam celah kata dalam kalimat
Aku
terlalu lama berkotemplasi dengan aksara
Sampai-sampai
lupa kalau aku juga punya suara
Oh..Tuhan!
Bagaimana caranya menjadi manusia hidup?
Haruskah
ku mengulang kembali belajar mengeja
Atau
mengulang kembali belajar penjumlahan?
Terlalu
payah, aku saja baru sadar kalau aku benar-benar hidup!
Ternyata sendiri ga selamanya menyenangkan. Ternyata sendiri jauh dari ekspetasi. Ternyata sendiri bukan berarti bebas. Apalagi sambil mengingat kawan lama, ternyata semua ga sesuai. Doa itu terkabul sambil terseret penyesalan. Pernah terucap tak menginginkan kawan dekat itu sesalnya. Alasannya ingin sendiri ya karena tidak ingin kecewa lagi dan terulang bagian lalu.”Teman dekatmu adalah peluang besar menjatuhkan mu” alasan lain. Satu hal, kenyataan yang kita harapkan ga akan pernah ada sampai kapanpun. Kata kuncinya, nikmatin. Ya gue harus nikmatin jalan yang udah semestinya gue lewatin. Mungkin gue terlalu fokus dengan ekspetasi mengejar kesenangan diri sendiri. Sampe gue lupa, yang ada disekitar gue ternyata lebih berharga dari apapun. Momen sendiri membuat gue belajar dan sadar akan banyak hal. Ketika gue memasuki lingkungan baru dimana posisi gue teramat asing, hal itu terasa. Ya gue sendirian. Tanpa partner. Bingung. Sekelibat kalimat “gue butuh lo disini, te...
Comments
Post a Comment